Dari 20 juta itu rata-rata penumpang setiap bulannya telah mencapai 83.516 dan jumlah rata-rata tertinggi penumpang per hari ada di angka 93.165 orang.
“Kita berharap naik 91.000, naik lagi jadi 100.000 (penumpang),” ungkap William.
Sementara itu, untuk pendapatan nontiket, MRT Jakarta mengandalkan adanya periklanan, penamaan stasiun, ritel dan UMKM, sampai telekomunikasi. Total dari pendapatan non tiket tersebut sudah mencapai Rp 225 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pendapatan non farebox selama 9 bulan beroperasi itu sebesar Rp 225 miliar ini yang akan kita bukukan,” ungkap William.
Ia mengharapkan angka pendapatan dari non tiket tersebut terus meningkat. Sebab, harapannya MRT Jakarta nantinya tidak hanya bergantung pada jumlah pembelian tiket.
“Ini inovasi yang kita kerjakan di mana-mana kalau di dunia kalau mau berkelanjutan, sustainable, maka jangan hanya mengandalkan pendapatan tiket. Harus dari pendapatan nontiket juga. Ini yang kita kembangkan sekarang,” jelasnya.
Selain dari 2 sumber tersebut, William menuturkan pendapatan MRT masih ada pendapatan lain, salah satunya berasal dari subsidi Pemprov DKI mencapai Rp 560 miliar. Subsidi itu mayoritas digunakan untuk tiket para penumpang MRT.
Halaman : 1 2