“Janji Snapchat tentang foto-foto (di platform-nya) benar-benar hilang dikombinasikan dengan keamanan API yang buruk telah menyebabkan kebocoran massal konten revenge porn (konten porno balas dendam). Jadi tidak, saya tidak berpikir meniru (sistem keamanan) Snapchat akan menjadi langkah yang cerdas,” kicau Stamos.
Spiegel sendiri menjelaskan bahwa Snapchat dengan Facebook dan media sosial lainnya terdapat perbedaan filosofi. Menurutnya, Facebook tidak seperti Snapchat yang memegang teguh prinsip kebersamaan dan komunikasi antar teman.
“(Orang) menyadari bahwa bersaing dengan teman-teman mereka untuk ‘Like’ dan (mendapatkan) perhatian adalah jenis yang tidak menyenangkan dan benar-benar tidak terlalu bagus,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kemudian ia menambahkan bahwa Facebook memiliki fokus lebih tentang daya saing daripada kebersamaan. “DNA perusahaan mereka adalah tentang bagaimana orang bersaing satu sama lain secara online untuk mendapat perhatian. Nilai-nilai (kebersamaan) yang kami miliki sulit untuk ditiru,” lanjut Spiegel, dilansir dari Engadget.
Meskipun demikian, pada kenyataannya saat ini Snapchat sedang berjuang di bawah gempuran aplikasi milik Facebook, termasuk Instagram dan WhatsApp. Fitur Instagram Stories sangat populer, dengan lebih dari 300 juta pengguna pada November lalu, dan WhatsApp Status memiliki sekitar 450 juta pengguna sejak sebulan yang lalu.
Snapchat sedang mengalami masa yang sulit. Aplikasi itu menghadapi banyak sekali kritik tentang perubahan desain yang mereka lakukan. Lalu, Snapchat juga mengalami pertumbuhan jumlah pengguna yang lambat, dan fakta bahwa Facebook telah menyalin produknya beberapa kali dengan menambahkan Stories ke hampir semua produknya.
Halaman : 1 2